Global Cyber News.Com|-Medan I Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terus mendorong dan meningkatkan terciptanya keuangan inklusif khususnya bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pasca pandemi. Dorongan tersebut juga sudah dilakukan KPw BI Sumut sejak awal pandemi tahun 2020 yang memukul ekomoni global, termasuk Usaha UMKM.
Deputi Direktur BI Sumatera Utara Poltak Sitanggang menyatakan itu sebagai nara sumber pada diskusi NGOPI (Ngobrol Produkti) yang digelar BI bekerjasama dengan Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) Sumut secara hybrid melalui zoom dan offline di Hotel Santika Dyandra Medan Jumat (8/4/2022) sore
Hadir pada Diskusi NGOPI yang berthemakan Memulihkan Bisnis UMKM pasca Pandemi ini adalah Direktur KPw BI Sumut, Azka Subhan serta Ketua Umum Pengurus Pusat Kagama yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Ketua Kagama Bantuan Hukum Sumut Romulo Silaen.
Menurut Poltak, keuangan inklusif terkait dengan bagaimana memperluas akses keuangan yang berkualitas dan sustainable (berkesinambungan). Ia menilai akses keuangan inklusif masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Jadi, pengembangan keuangan inklusif perlu disebarkan ke seluruh daerah.
Peluncuran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS, lanjutnya, merupakan salah satu upaya peningkatan keuangan inklusif, khususnya kepada UMKM. Pelaku UMKM ini seperti penjual gorengan melaksanakan transaksi dengan menggunakan QRIS. Merchant dan konsumen yang memakai QRIS sudah tentu memanfaatkan perbankan. “Kalau masyarakat sudah memakai QRIS berarti inklusi keuangan sudah berjalan bagus,” tambahnya.
Di sisi lain, Poltak juga mengakui bahwa hal ini sebagai tantangan bagi BI untuk pemenuhan keuangan inklusif dimana targetnya pada tahun 2024 di Indonesia mencapai 90 persen, saat ini masih 70 persen.
Sedangkan target penggunaan QRIS tahun ini sebanyak 15 juta merchant. Tahun lalu terealisasi target 12 juta merchant QRIS. Masyarakat yang ingin bertransaksi dengan QRIS memiliki dana digital seperti OVO, GoPay, LinkAja yang termasuk dalam Perusahaan Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). .”Semua itu diawasi BI,” tandasnya.
Pada kesempatan itu Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berdialog dengan pelaku UMKM di Medan Sumut tentang bagaimana memulihkan ekonomi UMKM Pasca Pandemi Covid-19.. Ganjar juga merasa senang tidak sedikit UMKM di Sumut yang sudah semakin berkibar dan melakukan ekspansi.
Sementara CEO Go-Klik Fiter Bagus Cahyono mengatakan era digitalisasi sekarang harus dimanfaatkan UMKM untuk menerobos pasar yang sangat merekah, kuat dan besar tersebut.
Disebutkan, tahun 2021 transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp403 triliun, pertumbuhannya sangat signifikan dibanding tahun lalu. Sampai tahun 2024, pertumbuhannya masih double digit. Bahkan 27 persen UMKM di Indonesia menikmati gurih dan geliatnya pasar digital. Ia mengakui, saat ini dan mendatang, market “Market ekonomi digital memang sangat menarik.
Fiter juga menyayangkan produk yang dijual melalui e-commerce itu, 90 persen masih produk impor. Untuk itu ia minta UMKM tidak boleh tergantung penjualannya melalui e-commerce. “Tapi jual sendiri melalui online melalui WA, FB maupun media sosial lainnya,” katanya seraya mengakui bahwa UMKM Indonesia adalah target utama Go-Klik. Platform Go-Klik untuk membantu melakukan penjualan langsung. (pl)
Red. Pandi Lubis