
Global Cyber News.Com|Sungguh sangat mengelegar pidato presiden Jokowi yang hanya berdurasi selama 42 detik, satu menit kurang 18 detik, “Pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng mulai Kamis, 28 April 2022 sampai batas waktu yang ditentukan”. Stop ekspor CPO dan minyak goreng ke luar negeri. Hal ini sekonyong-konyong merubah keadaan, bukan saja berdampak pada penghancuran mafia pangan (minyak goreng) di dalam negeri, tetapi juga melumpuhkan dan memporak-porandakan tataniaga CPO dan minyak goreng di tingkat internasional.
Para pengkhianat bangsa dan mafia pangan yang selama ini leluasa mempermainkan persediaan, pendistribusian dan harga hingga terjadi ketidak stabilan telah dibuat loyo tidak berkutik seperti bebek lumpuh oleh kebijakan pemerintah presiden Jokowi yang oleh para musuh lawan politik dan pembencinya sering dibilang presiden plonga-plongo ternyata telah membuat mlongo semuanya…
Memang sangatlah berbeda, bila dibandingkan antara pemimpin nasional berkarakter nasionalisme dan patriotisme sejati dengan penguasa bermodalkan nasionalisme palsu dan patriotisme semu.
Penguasa dengan bermodalkan nasionalisme palsu dan patriotisme semu akan memilih untuk mendapatkan keuntungan sebesarnya dengan secara leluasa menjual CPO dan minyak goreng ke luar negeri, mengabaikan dan berkhianat mengorbankan kepentingan rakyat, bersekutu dengan kepentingan imperialis kapitalis asing Amerika Serikat dan Barat yang dengan jelas sangat membutuhkan CPO maupun minyak goreng dari pasar internasional yang 58 prosen disuply oleh hasil produksi CPO dan minyak goreng dari Indonesia.
Indonesia negara besar produsen CPO adalah fakta, bukan lagi sebagai penentu harga, price maker, tetapi Indonesia sebagai pemain besar dunia yang dapat “mendekte” dan mempengaruhi harga CPO maupun minyak goreng di pasaran internasional.
Ngeri,…
Tidak dapat terbayangkan kondisi seperti ini, bila negeri ini berada dibawah cengkeraman penguasa rezim orde baru Soeharto ataupun SBY, pasti dan pasti yang ada hanya cuan dan cuan, cin-cai dan cin-cai dengan bertekuk lutut dibawah kaki imperialis Amerika Serikat dan Barat. Seperti disaat boom kayu, hutan tropis di seluruh pulau di wilayah tanah air ditebang habis, digunduli secara membabi-buta oleh raja hutan yang memang diberi konsesi oleh penguasa dan dengan menjualnya ke luar negeri secara gelondongan mentah tanpa menghasilkan value added, nilai tambah bagi negara tetapi menguntungkan sesaat bagi segelintir pengusaha dan penguasa.
Sungguh tragis nasib bangsa negeri ini selama 32+10 tahun hidup dibawah pagelaran panggung sandiwara kekuasaan yang semu, keropos dan menipu…
Bisri Musthafa
Red.