globalcybernes.com-Medan I Bersyukurlah oknum-oknum Kepala lingkungan (Kepling) di Sumatera Utara, terutama Kota Medan yang diduga terlibat dalam serangan pajar puluhan calon legislatif (caleg), tidak tertangkap dalam menggelar serangan pajar pada Pemilihan Umum (Pemilu), Rabu, (14/2/2024).
“Kepling yang tertangkap tangan dalam rangka memenangkan caleg kabupaten/kota, itu lagi sial alias apes. Sehingga ia diamankan pihak Kepolisian karena sudah menyalahi Undang-Undang Pemilu,” tandas Salfimi Umar pada wartawan Jumat malam (17/2/2024).
Menurut Salfimi Umar, pada saat perang, yang namanya serangan pajar, itu paling ditakuti pihak lawan manapun juga.. Karena serangan itu datangnya secara tiba-tiba menjelang pajar.
“Serangan pajar biasanya dilakukan secara terukur dan masif. Di bawah tanah. Artinya gerakan yang dilakukan mengedepankan kehati-hatian. Orang-orang yang melaksanakan serangan pajar ini juga pilihan. Paling tidak mengetahui situasi wilayah ia tinggal,” tambah Salfimi Umar.
Namun, lanjutnya, dalam pelaksanaan Pemilu 2024 ini yang namanya serangan pajar itu bisa dikatakan antara ada dan tiada. Dikatakan ada karena wujudnya sulit ditebak. Namun gerakan dinilai cukup tangkas, mengumpulkan jati diri maupun kartu keluarga dengan target yang telah ditentukan.
Di tenpat terpisah, naras umber yang enggan disebut namanya menambahkan bahwa biasanya target yang ditentukan mencapai 30 atau 40 suara di satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di setiap kelurahan. “Target itupun tergantung kepadatan penduduk yang bermukim di satu TPS,” katanya.
Ia mengakui, bahwa pengumpulan foto copy dan KK juga tidak sembarang orang. Harus benar-benar diseleksi demi menjaga kerahasiaan. Agar jaringan yang sudah terbangun tidak terbongkar.
Berapa jumlah serangan pajarnya. Itu, lanjutnya, bervariasi. Bisa mencapai 150 dan 200 ribuan. Biasanya serangan pajar itu per paket. Bisa berpasangan antara caleg provinsi dengan DPR RI atau tiga sekaligus. Cale Kabupaten/kota, Provinsi dan DPR RI.
Lebih jauh sumber menyatakan, bahwa biasanya sering terjadi benturan. Karena serangan pajar di wilayah A sudah terbentuk sebelumnya melalui pengumpulan foto copy dan KK tadi. Sehiingga diperlukan langkah berani, misalnya menimpa anggaran serangan pajar yang diduga sudah diserahkan kaki tangan para caleg.
“Maka tak usah heran bila ada caleg memiliki suara yang cukup signifikan di setiap TPS di yang ada di kota Medan. Sementara caleg yang sudah tertimpa, suaranya jadi berkurang. Inilah fenomena yang mewarnai pesta rakyat di tingkat bawah,” katanya seraya menambahkan bahwa semua itu tak bisa terhindari. Biasanya menunggu menunggu tiga hari sampai satu hari menjelang hari pencoblosan.Sesuai yang dijanjikan orang-orang yang dipercayakan Tim Sukses (TS) Caleg kepada orang-orang yang dikenal, termasuk (barangkali) Kepling maupun kaki tangannya.
Sementara Salfimi Umar menyatakan bahwa serangan pajar pada Pemilu 2024 ini tak bisa terhindarkan. Pada satu sisi, jutaan caleg di Indonesia menginginkan pesta demokrasi lima tahunan ini berjalan jujur dan adil. Namun di lain pihak, ternyata digunakan dengan siraman pundi-pundi rupiah melalui dugaan serangan pajar.
“Terjadinya serangan pajar juga menimbulkan beragam penafsiran, salah satunya adalah ekonomi rakyat yang jauh dari harapan,” tandasnya.
Salfimi Umar juga mengingatkan agar masyarakat dapat mengawasi dan mengawasi perjalanan penghitungan suara Pileg, karena potensinya sangat rawan. Bisa terjadi penggelembungan suara yang diduga dilakukan di tingkat kelurahan dan kecamatan. Bahkan bisa juga terjadi jual beli suara antar caleg yang gagal kepada caleg lainnya yang berpotensi menang.
“Mari sama-sama kita kawal penghitungan suara hasil Pemilu 2024 agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama,” ujarnya seraya mengakui bahwa di kelurahan Titi Kuning Medan, juga beredar dugaan, salah satu Kepling diamankan pihak Kepolisian karena diduga mencoba menggelembungkan 30 surat suara untuk meloloskan caleg.(lam/pl)
Red