globalcybernews.com -Buah Pedada atau yang juga dikenal sebagai perepat merah (Sonneratia caseolaris), sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu Sonneratiaceae).
Nama lainnya Berembang (Melayu), alalat, perepat merah, rambai (Banjarmasin), bogem (Sunda), betah, bidada, bogem, kapidada (Jawa), bogem, bhughem, poghem (Madura), wahat merah, warakat merah (Ambon), posi-posi merah (Ternate), perengat (Kaltara), dan longkalongka (Buton).
Sebutan untuk di negara lain, hikau-hikauan, ilukabban, palapat, palata, pagatpat, payar, pedada (Filipina), bãn sè (Vietnam), lam phu, lampoo (Thailand), ampou-krohom (Kamboja), serta mangrove apple (Inggris).
Tanaman ini berfungsi untuk melindungi garis pantai dan menjadi habitat berbagai hewan perairan. Menurut data BKSDA Provinsi Jambi hutan bakau pantai timur memiliki 20 jenis tanaman mangrove yang salah satunya menghasilkan buah pedada.
Buahnya dapat dimakan mentah maupun dimasak sebagai campuran makanan, atau dimasak sebagai campuran ikan. Daun muda pedada pun dapat dimakan sebagai lalapan. Daging buahnya memiliki rasa asam dan beraroma harum khas yang menarik.
Di Kalimantan Selatan, kerap dijadikan bahan ramuan bedak dingin. Lalu akarnya relatif lunak dan banyak mengandung rongga renik di dalamnya, hingga kerap dipakai sebagai pengganti gabus untuk membuat tutup botol, kok, dan bagian dalam sol sepatu.
Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur buah pedada diolah menjadi penganan seperti dodol pedade, permen asam manis pedado, granul pedada dan marshmallow pedade sebagai peningkat sistem imun. Produk pangan fungsional tersebut telah dijual pada pusat oleh-oleh Kabupaten Tanjab Timur.
Pedada pun banyak diolah menjadi sirup, selai, dan permen oleh masyarakat pesisir. Semisal di Surabaya pembuat sirup pedada dapat dijumpai di Kelurahan Wonorejo. Di Gresik bisa dijumpai di Desa Wisata Banyuurip. Di Lampung, berada di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.
Di sebagian Timor Barat, Flores, Sumba, Sabu dan Alor, buah ini bisa digunakan sebagai makanan pokok pengganti beras dan jagung pada saat krisis pangan. Karena dari hasil studi, diketahui bahwa buah pedada yang telah dikeringkan memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi, lebih banyak dibandingkan tepung ubi dan tepung tapioka.
Pedada mengandung sekitar 77% karbohidrat dan 9% protein. Selain itu, dalam 100 gram pedada segar juga mengandung 56 mg vitamin C, hampir sama dengan kandungan satu buah jeruk. Penelitian lainnya membuktikan adanya kandungan antioksidan, seperti fenol, tannin, flavonoid dan saponin yang baik untuk menangkal radikal bebas.
Dalam dunia farmasi, buah ini pun diketahui memiliki khasiat sebagai pereda nyeri dan antibakteri. Lalu kandungan flavonoid mampu membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan istilah sebagai antiseptic. Dengan melihat potensi ini, maka muncul ide untuk membuat teknologi pengolahan sabun cair buah Pedada sebagai antiseptik.
“Sudah sepatutnya kita semua turut menjaga kelestarian ekosistem mangrove, karena manfaatnya yang begitu besar. Jangan sampai terjadi pembabatan liar yang bisa merusak lingkungan dan ekosistem.”
Semoga bermanfaat
Wahyu Sutono
Red