Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomePendidikanPRAMUKA DAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI BANGSA
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

PRAMUKA DAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI BANGSA

globalcybernews.com  -Semenjak ORDE BARU sampai ORDE REFORMASI, negeri ini carut marut dengan banyaknya permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara. Antara lain: korupsi yang semakin menjamur di kalangan pejabat birokrat-legislatif, demo-demo anarkis, ujaran kebencian yang tak terbendung di hampir semua sosial media, ketimpangan kaya-miskin, tingkat kemiskinan yang tinggi, pengangguran terdidik yang semakin banyak, pribadi menjadi semakin egois, kualitas SDM yang sangat rendah, etos kerja yang rendah, ketidakperdulian masyarakat dalam kehidupan sosial-politik, ekonomi kapitalis yang semakin menggurita, mafia perdagangan yang semakin mendapat tempat di lingkaran kekuasaan, tawuran antara sekolah, kekerasan yang marak di kalangan anak muda, tingkat kejahatan yang tinggi, kriminalisasi terhadap guru yg sedang mendidik dan mendisiplinkan murid, dll.

Mengapa bisa seperti ini?

Pertama, salah satu yang dipersalahkan adalah sistem pendidikan yang tidak mampu membangun SDM dan karakter bangsa. Sekolah dan guru terjebak pada pembelajaran (teori), dan melupakan pendekatan bimbingan kemanusiaan kepada para murid. Pendidikan tidak lagi sebagai wahana memanusiakan manusia, tetap memperlakukan para murid hanya sebagai objek didik, sehingga hanya menjadi seperti robot. Olahrasa dan Olahetika dipandang bukan hal yang utama. Murid nyontek masih dianggap hal yang tidak terlalu serius dan dianggap biasa saja, sebab hampir semua murid nyontek hanya sekedar dinasihati, tidak mendapatkan sanksi tegas. Mungkin waktu sekolah dulu, guru-gurunya juga suka nyontek, bahkan menjadi plagiat karya orang lain saat membuat tugas akhir.

Kedua, pembinaan dan pendidikan agama di dalam keluarga dan masyarakat tidak mampu menjadikan bangsa ini menjadi baik. Sebab, keagamaan hanya difokuskan pada tataran ritualitas, dan menihilkan kualitas spiritual keimanan. Hal ini menyebabkan agama tidak mampu membendung perbuatan negatif umatnya. Di sekolah, akhlak dan moral murid hanya dilihat tingkat kerajinan beribadah, bisa berdoa, dan melakukan ritual agamanya, serta bisa menjawab soal-soal tes teori agama. Baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat tidak pernah ada tes keagamaan untuk mengukur tingkat kualitas keimanan seseorang. Adalah hal yang mustahil dilakukan oleh manusia atau negara sekalipun, sebab agama adalah urusan pribadi antara manusia dengan Pencipta. Agama dijadikan “kendaraan” politik kekuasaan.

Ketiga, tidak ada keteladanan perilaku, etika, dan moral dari penguasa, pejabat, aparat, ulama, guru, Orangtua, dan dari tokoh-tokoh politik dalam kehidupan bermasyarakat. 2Sebaliknya, para penguasa, pejabat, aparat, ulama, dan tokoh masyarakat sering mempertontonkan rendahnya integritas, dengan banyak dari mereka yang melakukan kejahatan korupsi yang benar-benar sukses merusak bangsa dan negara.

Keempat, kurang keseriusan pemerintah dalam melestarikan dan membuat bangga bangsa dan masyarakat kepada budaya Nusantara. Lebih-lebih banyak pihak yang sengaja melakukan usaha untuk mengaburkan sejarah bangsa dan usaha untuk membenci budaya sendiri. Anak-anak muda didoktrin dengan mencintai budaya asing dengan merusak budaya sendiri. Parah? Ya..

Lalu, apa solusinya ?

PRAMUKA sebagai Sarana Pendidikan Budi Pekerti.Nilai-nilai pendidikan kepramukaan sangat memadai jika diintegrasikan dengan kurikulum pendidikan sekolah. Baik dari tingkat Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi.

Coba kita simak Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka berikut ini:

TRI SATYA

Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Menjalankan Pancasila
2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
3. Menepati Dasa Dharma

DASA DHARMA

Pramuka itu:
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta Alam dan Kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan ksatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, terampil, dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

Budi Pekerti:
Arti kata budi adalah sadar, nalar, pikiran, atau watak, sedangkan arti kata pekerti adalah perilaku, perbuatan, perangai, tabiat, atau watak. Dengan demikian, budi pekerti adalah sesuatu yang terkait dengan sifat manusia. Menurut KBBI, budi pekerti berarti tingkah laku, akhlak, perangai, atau watak. Istilah Arab untuk budi pekerti sendiri adalah akhlak, dan istilah Inggris untuk budi pekerti adalah ethic, yang artinya adalah etika.

Di dalam klausa Tri Satya dan Dasa Dharma sudah mengandung poin-poin dan nilai-nilai Budi Pekerti, yang merupakan Etika yang berlaku juga secara Universal di seluruh dunia. Juga berlaku di semua agama yang ada, baik di Indonesia maupun yang ada di semua bangsa di dunia.

Di beberapa negara maju pendidikan nasionalnya telah banyak digarami dengan nilai-nilai kepanduan atau kepramukaan. Sehingga, mampu meningkatkan kualitas SDM yang tinggi integritas dan keprofesionalannya. Sekalipun di sana, agama sama sekali tidak mendapat perhatian dari negara. Salah satunya di Negara Finlandia, yang menduduki peringkat pertama kualitas Pendidikan dunia.

Kurikulum Merdeka Belajar yang sudah resmi diluncurkan sebenarnya sudah sangat bagus dan tepat. KMB mengadopsi Sistem Among Ki Hajar Dewantara, yang sudah sangat lama diterapkan di negara-negara Maju. Sementara, di Indonesia baru sekarang “to Start”, dan amat sangat terlambat sekali. Tetapi, untuk menghibur diri “tidak ada kata terlambat untuk memulai”. Among atau “momong” atau asuh adalah pendidikan dengan pola pendidikan personal bukan klasikal (grup, kelompok). Pemantauan melekat kepada setiap murid sesuai dengan kapasitas dan kompetensi masing-masing. Tidak mengenal pemeringkatan, sebab setiap anak memiliki prestasi sesuai kemampuannya. Guru bertindak sebagai pendidik, pembina, pengasuh, bukan sekedar mengajar.

Selain, sistem Among, pada KMB, guru harus mampu mempraktekkan matpel yang diampu dalam bentuk metode belajar praktek nyata. Sebab selama ini, kurikulum pendidikan nasional hanya menekankan pada teori. Sehingga, juara atau ranking kelas pun hanya Juara Teori, Hebat dalam Teori, Sarjana Teori. Hal ini menyebabkan para lulusan sekolah belum mampu terjun langsung ke dalam dunia kerja. Di dalam KMB mengutamakan proses belajar yang menggembirakan. Seperti pada Pendidikan Kepramukaan. Jika suasana hati anak senang, maka akan mudah menyerap semua materi ajar yang diterimanya. Guru harus mahir membuat permainan yang menyenangkan pada saat menyajikan materi di kelas. Tentu saja, proses belajar mengajar yang mengasikkan selalu dalam koridor etika atau budi pekerti, seperti yang tertuang dalam.jiwa Pramuka, yaitu Tri Satya dan Dasa Dharma.

Kurikulum Merdeka Belajar adalan Pendidikan yang berintegrasi antara Sistem Among, Kepramukaan (Budi Pekerti), dan Mata Pelajaran yang diampu.

Sudah menjadi pameo di masyarakat, setiap ganti menteri selalu ganti kurikulum. Sehingga menimbulkan kekacauan berpikir tidak hanya pada peserta didik, para guru/sekolah, tetapi juga pada Orangtua dan masyarakat. Berharap KMB tidak mengalami pergantian lagi meskipun ada pergantian menteri atau kekuasaan. Jika nantinya ada revisi ataupun suplemen yang disisipkan ke dalam KMB, tidak terlalu signifikan tetapi menyempurnakannya.

Terkait Pendidikan Pramuka akan dijadikan wajib atau tidak wajib pada ekstrakurikuler, hal itu tidak terlalu urgen untuk dibahas. Sebab, jika Pendidikan Pramuka sudah sinergis dan terintegrasi ke dalam setiap PBM, maka semua nilai-nilai kepramukaan sudah mampu menjadi terang dan garam bagi pendidikan anak.

Malang, 6 April 2024

TA. IRIANDONO

Red

Latest Posts