Wednesday, October 9, 2024
spot_img
HomeSejarahTernyata Nama ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ฎ Berasal Dari Bahasa Melayu Kuno yakni "๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉโ€, yang Berarti...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Ternyata Nama ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ฎ Berasal Dari Bahasa Melayu Kuno yakni “๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉโ€, yang Berarti โ€˜orang Berambut Keritingโ€™.

globalcybernews.com  -Ini kisah tentang ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ฎ (d/h Irian Barat) kenapa ia merupakan bagian dari NKRI.
Pada jaman Majapahit, ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฝ๐˜‚๐—ฎ ini disebut Majapahit kedelapan, menurut buku karya Mpu Prapanca, ๐˜•๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข. Dan Cita-cita Majapahit menyatukan seluruh Nusantara terwujud kekal.

๐—ฃ๐—”๐—ฃ๐—จ๐—” ๐—ฆ๐—จ๐——๐—”๐—› ๐— ๐—˜๐—ก๐—ฌ๐—”๐—ง๐—จ ๐——๐—˜๐—ก๐—š๐—”๐—ก ๐—ก๐—จ๐—ฆ๐—”๐—ก๐—ง๐—”๐—ฅ๐—” ๐—ฆ๐—˜๐—๐—”๐—ž ๐— ๐—”๐—๐—”๐—ฃ๐—”๐—›๐—œ๐—ง
๐พ๐‘œ๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ .๐‘–๐‘‘, 16 ๐ฝ๐‘Ž๐‘›๐‘ข๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– 2023

๐— emahami Papua bagian dari NKRI tidak lepas dari sejarah Nusantara, dengan Kerajaan Majapahit sebagai pemersatu. Pada masa itu, Irian Barat, atau Papua sekarang, disebut sebagai Majapahit kedelapan. Ini terungkap dalam buku ๐˜•๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข karya Mpu Prapanca. Belanda hadir di Papua tahun 1528 ditandai dengan pendirian Benteng Fort du Bus di Teluk Triton. Saat kemerdekaan, bangsa Papua pun turut mengambil bagian dalam upaya mengusir penjajahan Belanda.

Prof Mohamad Yamin (1903-1962), sejarawan, sastrawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum RI, menulis, Irian Barat, atau Papua sekarang, bagian dari Kerajaan Majapahit pada abad XIV. Hal ini dibuktikan dengan apa yang telah ditulis Mpu Prapanca (1365) dalam buku ๐˜•๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข, di mana Irian Barat merupakan Kerajaan Majapahit kedelapan.

Bunyi syair dalam buku ๐˜•๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข itu, antara lain, disebutkan, โ€๐˜”๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ ๐˜Ž๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ณ๐˜ช ๐˜“๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฌ ๐˜”๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ. ๐˜“๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ช๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ ๐˜‰๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข. ๐˜‰๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜“๐˜ถ๐˜ธ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ

๐˜œ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ณ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ญ. ๐˜ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข ๐˜”๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜‰๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜‰๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜’๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช ๐˜Ž๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜บ๐˜ข๐˜ฐ ๐˜”๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ (๐˜ฏ๐˜จ) ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜บ๐˜ถ ๐˜š๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜š๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜”๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ ๐˜ž๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข ๐˜”๐˜ข๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ฐ ๐˜Œ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ณ๐˜ช ๐˜š๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜๐˜ฏ ๐˜›๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ณ ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณโ€

Menurut para ahli bahasa, Majapahit telah menyatukan Nusantara dari Nusa Tenggara sampai Irian Barat, terbukti dari sebutan Lombok, Sumba, Makassar, dan Buton. Kemudian Ewanin, Sran, dan Timur adalah nama lain dari Onim, sedangkan Sran untuk nama daerah Kowiai. Kedua daerah ini terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat saat ini, dan masuk daerah paling timur, kekuasaan Majapahit saat itu.

Sayangnya, Papua sejak dulu tidak mengenal kebudayaan tulisan. Tidak satu pun ditemukan prasasti untuk mengungkapkan daerah itu secara lebih rinci. Tidak ada satu petunjuk pun mengenai adanya kerajaan di Papua. Keterangan yang dihimpun sebelum bangsa asing datang ke Papua hanya diperoleh dari cerita rakyat dan adat istiadat masyarakat lokal.

Meski demikian, ada beberapa sumber yang menyebutkan, pada zaman dahulu sudah ada hubungan antara Papua dan sejumlah kerajaan di Nusatenggara. ๐™‹๐™–๐™™๐™– ๐™–๐™—๐™–๐™™ ๐™‘๐™„๐™„ ๐™ฅ๐™š๐™™๐™–๐™œ๐™–๐™ฃ๐™œ-๐™ฅ๐™š๐™™๐™–๐™œ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™™๐™–๐™ง๐™ž ๐™Ž๐™ง๐™ž๐™ฌ๐™ž๐™Ÿ๐™–๐™ฎ๐™– ๐™ฉ๐™š๐™ก๐™–๐™ ๐™จ๐™–๐™ข๐™ฅ๐™–๐™ž ๐™‹๐™–๐™ฅ๐™ช๐™– ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™ก๐™–๐™ž๐™ข ๐™™๐™–๐™š๐™ง๐™–๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™ช ๐™ข๐™ž๐™ก๐™ž๐™ ๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™จ๐™š๐™—๐™ช๐™ฉ๐™–๐™ฃ โ€๐™…๐™–๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™žโ€.

Pada abad itu, Sriwijaya merupakan kerajaan sangat besar dengan armada yang kuat. Mereka melakukan perdagangan sampai Maluku dan Irian Barat. Barang-barang yang diperdagangkan saat itu berupa rempah-rempah, wangi-wangian, mutiara, dan bulu burung cenderawasih. Saat itu, Sriwijaya juga merupakan pusat agama Buddha dan pusat perdagangan dengan China dan India.

Pada zaman pra-sejarah ditemukan peninggalan di Papua yang sama dengan di wilayah lain Indonesia. Benda-benda itu, antara lain, kapak batu atau batu logam dan lukisan-lukisan di dinding goa. Contoh, lukisan berbentuk telapak tangan dan tulang ikan bercat merah di dinding gua seperti ditemukan di beberapa titik di pinggir Teluk Bintuni, Papua Barat. Lukisan itu sama persis dengan lukisan di salah satu dinding goa di Leang Pattae, Sulawesi Selatan.

Selain itu, ditemukan pula kapal batu persegi dan kapak lonjong. Kapal batu persegi ini ditemukan di pinggiran Danau Sentani, Jayapura, yang juga ditemukan di wilayah Pulau Jawa dan Sumatera.

Ini bukti bahwa penyebaran kebudayaan pada masa prasejarah dari Asia Tenggara melalui arah barat dan timur ke Papua telah ada. Ada hubungan erat antara kebudayaan Papua dan kebudayaan Nusantara lain saat zaman prasejarah.

Selain itu, ditemukan pula tembikar, belanga, dan periuk di sejumlah daerah di Papua, yang juga sama dengan tembikar, belanga, dan periuk di wilayah lain di Indonesia. Barang-barang ini bukan asli buatan suku bangsa Papua.

Ada pula penyusunan batu-batu besar sebagai pusat pemujaan dan pemberian sesajen kepada leluhur seperti ditemukan Nias, Bali, dan Sulawesi Selatan, yang juga ditemukan di sejumlah titik di Papua. Juga kepercayaan animisme dan dinamisme yang dimiliki Papua dan daerah lain di Indonesia dalam bentuk pemujaan terhadap arwah nenek moyang, pemujaan tempat keramat, penggunaan benda azimat, dan upacara ritual lain.

Kesamaan lain, yakni alat (musik) tradisional yang dimiliki Papua, juga ditemukan di Maluku, yakni tifa. Tifa memiliki sejumlah makna, yakni persaudaraan, seni tari, dan seni hiburan lain. Kesamaan alat ini memperlihatkan hubungan antara Papua dan Maluku dan daerah lain Indonesia sejak dulu kala sudah terbangun.

Papua, Maluku, Sulawesi, Bali, dan Nusatenggara sama-sama dijajah pemerintah kolonial Belanda. Bangsa Belanda hadir di Papua pada 1528 setelah berhasil mengusir bangsa Eropa lain, yakni Portugal, Spanyol, Perancis, dan Jerman. Empat bangsa Eropa ini lebih dulu ada di Papua.

Nama Papua pertama kali diberi oleh seorang Portugis, Don Jorge de Meneses, 1527. Ia berlayar dari Semenanjung Malaya menuju daerah rempah-rempah, kemudian menemui sebuah pantai dari sebuah pulau besar, dan memberi nama pulau itu dalam bahasa melayu kuno, yakni โ€๐˜—๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉโ€, artinya โ€˜orang berambut keritingโ€™.

Saat yang sama datang seorang pemimpin armada spanyol, Alvaro de Saavedra. Ia menyebut Papua dengan nama โ€๐˜๐˜ด๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ญ ๐˜–๐˜ณ๐˜ฐโ€, artinya Pulau Emas. Ia menemukan pulau itu saat diutus Gubernur Spanyol di Maluku berkedudukan di Tidore untuk pergi ke Meksiko. Ia singgah di Pantai Utara Papua dan melihat pulau itu sangat indah dan kaya sumber daya alam.

Setelah penyebutan pulau emas, bangsa-bangsa Eropa yang disebutkan di atas berdatangan ke Papua. Kehadiran mereka kemudian diusir Belanda. Belanda menilai Papua wilayah jajahannya sama seperti daerah Indonesia lain.

Kehadiran Belanda di Papua pada 1528 ditandai dengan pembangunan Benteng Fort du Bus di Teluk Triton, di Kaki Gunung Lumenciri, Papua Barat. Awalnya Belanda kurang peduli dengan Irian Barat karena dinilai kurang menguntungkan.

Tetapi, setelah ada penemuan dari bangsa Spanyol dengan sebutan Pulau Emas, Belanda mulai tertarik dan menggeser kekuasaan dari Maluku menuju Papua. Saat itu, Inggris dan Jerman menguasai Papua bagian timur atau Irian Timur.

Perhatian Belanda kian terpusat dengan dialokasikan anggaran senilai 115.000 gulden oleh Parlemen Belanda untuk mendirikan pemerintahan Belanda di Irian Barat pada tahun 1898. Saat itu pula Irian Barat dibagi menjadi dua wilayah, yakni Afdeeling Noord Nieuw Guinea (bagian utara), dan Afdeeling West en Zuid Nieuw Guinea (Papua barat dan selatan). Kedua ๐˜ˆ๐˜ง๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ini merupakan bagian dari Keresidenan Maluku.

Sejak saat itu pula VOC mulai berkuasa di Irian Barat. Sistem monopoli yang diterapkan Belanda, selain mengurangi kesempatan rakyat berdagang, juga Belanda sering mencampuri urusan internal suku-suku di Papua. Kebencian terhadap Belanda mulai muncul.

Tahun 1870, Raja Tidore Nuku memimpin perlawanan terhadap Belanda di Raja Ampat. Nuku berhasil mengadu domba Belanda dengan Inggris (Irian Timur) sehingga ia dapat mengusir Belanda dari Tidore, Maluku, dan Raja Ampat dan Irian Barat. Kemenangan Nuku ini didukung rakyat Irian Barat.

Tahun 1934, Raja Kokas di Teluk Bintuni, M Rumagesang Al Alam Umar Sekar, menolak menyerahkan uang hasil tambang yang diterima dari rakyat kepada Belanda. Uang itu dibagi-bagikan kepada rakyat. Rumagesang ditangkap Belanda dan dipenjara di Jayapura pada 1945. Dia adalah orang pertama yang menuntut agar Papua disatukan dengan Indonesia, yang saat itu baru memproklamasikan kemerdekaannya.

Kebencian rakyat Papua kepada Belanda meluas di seluruh Papua, sebagaimana tertulis dalam buku ๐˜๐˜ณ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜‹๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ช karya MR Dayoh. Ia seorang saksi mata. Saat rombongan ekspedisi Belanda yang dipimpin Van EE Choud tiba di Lembah Baliem pada 1945, rombongan ini ditolak penduduk Baliem. Van EE Choud sendiri terkena panah. Tim ekspedisi ini pun meninggalkan Baliem menuju Maluku.

Menyusul kemudian sejumlah gerakan melawan Belanda di Irian Barat. Para pemimpin pemberontakan terhadap Belanda saat itu, antara lain, Sugoro dan Kolonel Abdul Kadir Djojoatmojo.

Sementara pemimpin perang dari penduduk asli Irian Barat, antara lain, Martin Indey, Rumkorem, Silas Papare, dan Frans Kaisiepo. Ketika Indey dibuang Belanda di Serui, ia bertemu dengan Dr Samratulangi yang sudah lebih dahulu dibuang di sana. Keduanya pun menyusun strategi mengusir Belanda dari Papua bersama masyarakat Papua lainnya saat itu.

Penyatuan Irian Barat atau Papua ke dalam NKRI sama dengan menjejaki kembali kekuasaan Kerajaan Majapahit kedelapan di wilayah itu. Cita-cita Majapahit menyatukan seluruh Nusantara terwujud kekal. Juga jejak sejarah kerajaan Sriwijaya yang telah membangun hubungan dagang dengan Papua pada abad VII, disatukan, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tetapi tetap satu.

Red

Latest Posts