Jacob Ereste :
Global CyberNews.Com. -Bisa saja orang mengklaim peserta aksi yang mendesak pembubaran DPR RI menyebut peserta aksi pembubaran DPR RI adalah orang tolol sedunia, sama halnya semua anggota DPR RI yang diklaim sebagai manusia yang tidak tahu malu sedunia. Sebab anggota DPR RI yang masih merasa mewakili rakyat itu harus dan wajib mendengarkan suara rakyat yang marah akibat kinerja DPR RI yang dianggap memble,maraknya korupsi, naiknya nilai pajak yang berlipat dan ketimpangan ekonomi serta keputusan DPR RI yang menaikkan gaji mereka ditengah dera derita rakyat yang terhimpit ekonomi yang semakin berat.
Pernyataan anggota DPR RI Komisi III dari Fraksi Nasdem, Ahmad Sahroni yang menyatakan peserta aksi pada 25 Agustus 2025 yang menuntut pembubaran DPR RI ini semakin menyulut kemarahan rakyat. Dalam pernyataannya Sahroni menyebut kelompok tersebut sebagai “orang-orang tolol sedunia” yang langsung viral dan menuai kecaman dari berbagai pihak, seperti dari Forum Masyarakat Perduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai tuntutan masyarakat sipil meminta agar DPR RI dibubarkan cukup realistis masuk akal. Alih-alih DPR RI mau melakukan introspeksi dan merubah pola sikap dan tabiatnya yang semakin memburuk itu, tapi justru menambah kemarahan rakyat semakin memanas. Karena artinya, justru bisa dikatakan menantang, atau paling tidak memprovokasi rakyat untuk membuktikan kekuatannya sebagai representasi dari suara Tuhan.
Sikap arogan Sahroni yang dianggap culas oleh berbagai pihak ini menarik untuk mengusut latar belakang Sahroni dan tabiat partai yang menempa etika, moral dan akhlak politiknya hingga bersikap seperti itu. Sehingga banyak orang terus terus membayangkan tabiat politik yang buruk itu sebagai cerminan produk pendidikan politik yang semakin jauh dari nilai-nilai luhur manusia, karena dari tutur katanya pun mencerminkan adab yang sangat rendah.
Menurut seorang pengamat inteligen, pernyataan Sahroni itu mempunyai arti yang bersayap. Dia seperti sedang mengipasi api unjuk rasa rakyat semakin membara, hingga bisa mengganggu pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang tengah berusaha keras untuk menata sekaligus membersihkan jalan Kabinet Merah Putih untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang diwariskan dalam kondisi buruk dan compang-camping mengalami kerusakan di semua sektor maupun bidang kehidupan.
Sepatutnya, Anggita DPR RI yang benar-benar mewakili rakyat seharusnya lebih bijak untuk mendengar dan menyerap aspirasi rakyat. Tuntutan rakyat ingin membubarkan DPR RI itu dapat dipahami sebagai puncak dari kemuakan rakyat yang tidak pernah disuarakan aspirasi dan pendapatnya di parlemen.
Aksi unjuk rasa yang dipelopori oleh mahasiswa, pemuda dan aktivis dan kaum pergerakan pada 25 Agustus 2025 patut dipahami sebagai aspirasi rakyat yang selama ini terbungkam dan diabaikan oleh DPR RI yang masih mengklaim mewakili rakyat. Sebab dari realitas yang terjadi, seperti keangkuhan pagar gedung parlemen yang angker dan tinggi itu pun lebih dari cukup mengisyaratkan bahwa yang disebut rumah rakyat itu sesungguhnya kamuflase belaka. Apalagi untuk masuk ke gedung yang DPR RI itu sendiri sudah sedemikian ketat dan berliku birokrasinya.
Aksi dan unjuk rasa bersama seluruh elemen rakyat itu — yang masih diklaim oleh DPR RI mewakili mereka — merupakan akumulasi dari rasa kekecewaan yang sudah yang sudah melampaui batas. Tentu saja, aksi dan unjuk rasa yang dirasa belum mencapai sasaran itu akan terus berlanjut dalam waktu dan kesempatan yang lebih baik dan massif, kendati pengorbanan dan ongkosnya akan lebih besar dan mahal ditanggung bersama oleh rakyat. Sebab kebenaran harus tetap dan terus disuarakan. Karena suara rakyat tidak pernah mau didengar oleh wakil rakyat.
Banten, 26 Agustus 2025
Red
