globalcybernews.com -Pada usia balita, 3-5 tahun dan usia Anak 6-12 tahun adalah Usia Emas untuk membentuk pemain Sepakbola yang handal. Salah bina atau terlambat membina, sering terjadi di negeri ini pada umumnya. Sehingga, realitanya timnas kita sangat tertinggal jauh dari negara luar. Bahkan di tingkat Asia Tenggara saja kita sering kedodoran untuk menjadi juara. Pasti ada yang salah dalam pembinaan persepakbolaan kita.
INSTAN
Seperti Mie Instant, rerata para pengurus PSSI, pelatih dan pembina tidak memahami tahapan bermain bola yang benar, sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kurikulum dan materi latihan SSB pada usia dini, tak beda jauh dengan pemain dewasa. Ink kesalahan fatal, karena bisa merusak fisik dan mental anak. Boro-boro bisa berkembang, yang terjadi adalah stagnan dan mundur prestasinya. Anak didoktrin untuk menang menang dan menang. Namun melupakan tahapan pendidikan dan psychologi perkembangan anak. Hasilnya? Bermain hanya siap untuk menang dengan halalkan segala cara. Pro kontra pemain naturalisasi adalah bentuk Instant keinginan meraih prestasi tanpa pembinaan yang benar dan bertahap.
TAHAP MULA
Usia anak adalah usia bermain, bukan bertanding. Setiap permainan terkandung kesenangan, kegembiraan, bukan fokus pada kemenangan. Dalam tahap ini, materi utama adalah keterampilan yang menyenangkan. Semua materi, baik tendangan, giringan, operan, dan kerjasama harus memuat untuk meningkatkan keterampilan atau skill. Alat evaluasi capaian tingkatan pembinaan tidak harus dalam bentuk pertandingan. Tetapi bisa dikemas dalam bentuk: Lomba Kreatifitas Drible, Lomba Jugling, Lomba Akurasi pasing, Lomba Akurasi Tendangan, Lomba 1 on 1 atau Satu lawan Satu, Lomba Sepakbola Cantik (5 on 5), dll. Lomba disesuaikan dengan Kelompok Umur. Misalnya U-5, U-7, U-9, dan U-12
Dari hal tersebut, anak-anak tentu mengkondisikan diri berlatih mandiri untuk meningkatkan skill nya di rumah atau saat latihan di tempat Taman Bermain Bola (TBB). PSSI harus mendukung penuh dengan memfasilitasi gelaran Lomba Skill baik di tingkat TBB, Daerah, sampai Nasional.
Dari gelaran Lomba Skill tersebut, sangat mudah untuk melihat bakat anak yang memiliki kualitas skill tinggi. Sehingga, untuk selanjutnya bisa dibina untuk membentuk timnas, mulai dari Usia Dini sampai Senior.
PENTINGNYA KURIKULUM NASIONAL
Lebih realistis jika kita menengok dan berkiblat kepada Tim-tim Amerika Latin. Dari Kultur budaya, geo ekonomi, dan strata SDM tidak jauh dengan keadaan di Indonesia. Namun mereka memiliki prestasi dunia, baik secara tim maupun skill individu di atas rata-rata. Misalnya, Pele, Maradona, Ronaldinho, atau Messi. Keterampilan sangat bisa dikembangkan dengan optimal dan bisa mengalahkan kekuatan fisik dan postur badan yang tinggi besar dari rerata orang Eropa.
Keberadaan Kurikulum Sepakbola Nasional sangat mendesak dan perlu. Untuk menyatukan misi dan visi bermain bola yang benar dan berkarakter khas kepada semua pemangku kepentingan dan penggiat Bola di Tanah Air. Agar ke depan tidak ada lagi suara Ganti Pelatih Ganti Pola. Hal ini yang membingungkan pemain. Pola apa yang akan dianut dan dijalankan, sementara setiap pelatih memiliki corak dan karakter berbeda. Dan semuanya tidak mampu mengangkat prestasi Timnas. Kurikulum yang menitik-tekankan kepada penguasaan teknik dan keterampilan mengocek si kulit bundar, filosofi sepakbola profesional, dan pembinaan ketahanan mental spiritual. Untuk yang disebut terakhir ini sangat penting memiliki integritas profesional, disiplin, kejujuran, fairplay, sportivitas, dan kesabaran mental di lapangan sehingga tidak mudah terpancing emosi yang merugikan diri sendiri dan tim.
Ingat, Timnas Indonesia pernah Ikut Olimpiade di Melbourne, 1956. Mampu menahan imbang 0-0 melawan Uni Soviet. Juga era 70 an, Timnas Indonesia juga menjadi momok di Asia, dan disebut Macan Asia.
Namun setelah itu? Anjlok serendah- rendahnya, tanpa pernah ada yang mengaku bertanggungjawab atas hancurnya prestasi timnas Sepakbola Indonesia.
Malang, 20 Maret 2024
TA. IRIANDONO
Red