Thursday, November 14, 2024
HomeOpiniJacob Ereste :Apa Masalahnya Memberi dan Menerima Gelar Dari Suatu Instansi atau...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Jacob Ereste :Apa Masalahnya Memberi dan Menerima Gelar Dari Suatu Instansi atau Lembaga Apapun Kepada Seseorang

globalcybernews.com  -Masalah mendapat pemberian gelar akademik maupun adat seperti doktor honoris causa dan profesor sekalipun seperti gelar Kanjeng Raden Mas Temenggung dan sebagainya itu bisa dan boleh saja, dilakukan dan keterima, termasuk dari berbagai perguruan tinggi dan sejumlah keraton yang ada di dunia. Masalahnya adalah ketika hendak digunakan atau tidak digunakan patutlah disesuaikan dengan kontek dan waktu pemakaiannya.

Jadi hebohnya soal pemberian dan penerimaan gelar doktor dari Universitas Institut of Profesional Managenent (UIPM) Thailand itu lantaran dipamerkan untuk menggagahi publik yang sesungguhnya cukup disimpan saja di rak buku atau di atas meja makan untuk sekedar menambah selera makan yang lahap.

Persoalan pemberian dan penerimaan gelar honoris causa itu menjadi masalah ketika digunakan di tempat umum, sebagai bagian dari kesombongan diri yang tidak perlu dan tidak penting untuk dilakukan, jika sungguh tidak memiliki niatan jelek misalnya untuk menipu atau semacam upaya mengecoh orang lain untuk menguntungkan diri sendiri. Padahal, bagi mereka yang percaya diri, gelar apapun yang ada di depan hingga berjejer di belakang nama itu sekedar pengakuan dari lembaga atau instansi tertentu yang tidak bisa dipaksakan berlaku pada lembaga atau instansi yang lain.

Jadi hakekat gelar yang ada itu sekedar pengakuan dari lembaga atau instansi tertentu kepada seorang yang patut disadari tidak dapat diberlakukan secara umum. Seperti gelar kiyai misalnya yang fasih melafazkan berbagai macam do’a yang tepat untuk dibacakan pada suatu acara, tentu saja berbeda do’a nya untuk menghantar acara perkawinan dengan mendo’akan bagi sahabat atau kerabat yang meninggal dunia.

Ada seorang kawan penulis yang memiliki delapan gelar sekaligus — baik dari perguruan tinggi, lembaga adat serta keagamaan, toh dalam kehadirannya sehari-hari semua gelar yang dia miliki itu tidak pernah dia sertakan dalam acara maupun kegiatan apapun. Sebab dia sangat percaya dengan menyebut namanya saja itu sudah lebih dari cukup. Karena gelar akademik maupun warisan turunan dari trah keluarganya tak seorang pun tahu persis jumlah serta fungsinya yang pernah dia gunakan, kecuali hanya untuk sedikit orang yang mengetahui persis tentang dirinya. Sebab bagi orang yang paham akan mampu melihat dari bobot pembawaan dan penampilan serta kebijakan yang diekspresikan dari tingkah laku serta perbuatan dirinya yang nyata bagi orang lain. Tanpa perlu menyebut apa gelar atau juluk yang dia miliki.

Pemberian gelar doktor honoris causa dalam bidang Event Management and Global Digital Development dari Presiden UIPM Thailand, Profesor Kanoksak Likitpriwan kepada Raffi Achmad, mengapa mesti heboh. Karena yang penting dia tidak memakai gelar itu untuk menggagahi kalangan akademisi dan menggunakan gelar itu untuk menipu pihak lain — instansi maupun lembaga — untuk menguntungkan dirinya dan merugikan pihak lain

Perkara UIPM yang tidak terdaftar di Kemdikbudristek, apa dan mengapa jadi masalah. Toh, secara legal formal pemerintah cq Kemendikbudristek belum memberikan pengakuan kepada UIPM di Indonesia. Sekedar memberi- tahukan kepada publik bila dirinya (Raffi Achmad) memperoleh gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi yang tidak memiliki legalitas pengakuan dari pemerintah Indonesia, bukanlah suatu persoalan. Seperti sejumlah gelar yang saya miliki, dan tidak pernah disertakan depan dan di belakang nama, toh tidak perlu pernah dan tidak perlu menimbulkan masalah.

Toh, sejumlah sahabat yang telah purna menunaikan tugasnya — pensiun — masih acap kita saya panggil Jendral lantaran bobot dan kualitas serta keteguhan sikapnya sebagai tentara atau polisi patut dan layak untuk dihormati. Jadi gelar dan juluk apapun yang dimiliki seseorang itu akan bermakna jika selaras dengan sikap dan perbuatannya yang sesuai dengan gelar atau julukan yang disandang oleh orang yang bersangkutan. Meski tidak sedikit diantaranya juga yang justru menurunkan derajat dan martabat dirinya sendiri, karena terlalu berat untuk menyandang gelar atau julukan yang dimuliakan itu.

Jadi, apa masalahnya sebuah lembaga atau instansi berkenan memberi gelar atau julukan yang diterima oleh seseorang tanpa menggunakannya secara salah dan tidak merugikan pihak lain. Sebab yang penting adalah, bagaimana pihak yang memperoleh gelar atau julukan yang dianggap mulia itu tidak sampai disalahgunakan yang bisa merugikan pihak lain. Itu saja, kok jadi repot dan harus sewot. Ikhwal mengumumkan perolehan gelar seperti yang dilakukan Raffi Achmad itu, tidak ubahnya seperti usai menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah Al Mukaromah dengan mengadakan acara syukuran — mengundang sejumlah sahabat dan kerabat — untuk sekedar bercerita dan makan-makan bersama dalam suasana penuh rasa kebahagiaan serta kegembiraan.

Banten, 5 Oktober 2024

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts